Internasional, Gaza – Setelah gencatan senjata diumumkan antara Hamas dan Israel, ribuan warga Palestina mulai kembali ke Gaza utara. Namun, kepulangan itu justru diwarnai duka mendalam — karena wilayah yang dulu mereka tinggali kini tinggal reruntuhan dan puing bangunan.
Dilansir dari Al Jazeera, pada Minggu (12/10), sebagian besar warga Gaza utara kehilangan rumah, air bersih, dan tempat berlindung.
“Apakah itu Gaza? Kami kembali tanpa rumah dan tanpa tempat untuk anak-anak kami, sementara musim dingin semakin dekat,” kata Sherin Abu al-Yakhni, salah satu warga yang baru kembali.
Warga lainnya, Farah Saleh, juga mengaku kaget melihat skala kehancuran yang jauh lebih parah dari sebelumnya. “Semakin jauh kami berjalan, semakin kami terkejut melihat besarnya kehancuran,” ujarnya.
Laporan PBB menyebutkan, hingga Agustus 2025, 92 persen bangunan tempat tinggal dan 88 persen fasilitas komersial di Gaza rusak atau hancur. Selain itu, 89 persen jaringan air dan sanitasi tak lagi berfungsi, membuat 96 persen warga Gaza kehilangan akses air bersih.
Serangan Israel yang berlangsung selama dua tahun juga menghancurkan 125 fasilitas kesehatan, termasuk 34 rumah sakit, dan menewaskan lebih dari 1.700 tenaga medis.
Meski ada jeda pertempuran, krisis kemanusiaan di Gaza kini mencapai titik paling parah, dengan ribuan warga menghadapi kelaparan, penyakit, dan musim dingin tanpa tempat tinggal.