PT Virtue Dragon Nickel Industri (VDNI) dan PT Obsidian Stainless Steel (OSS) yang beroperasi di Kabupaten Konawe dinilai memberikan sumbangsi besar terhadap ekonomi makro Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).
Hal tersebut diungkapkan Pengamat Ekonomi Universitas Halu OIeo (UHO) Kendari Syamsir Nur. Menurutnya kehadiran VDNI sebagai kawasan strategi nasional oleh pemerintah pusat, sedikit banyak memberikan dampak positif pada pertumbuhan ekonomi Sultra. Meskipun hal itu dilihat secara makro melalui neraca ekspor-impor setempat.
Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sultra mencatat nilai ekspor Sultra pada Oktober 2021 naik 70,02 persen dibanding September 2021, yaitu dari 347,41 juta US Dollar menjadi 590,68 juta US Dollar. Sedangkan volume ekspor tercatat naik 59,42 persen dibanding September 2021 yaitu dari 165,90 ribu ton menjadi 264,49 ribu ton.
Untuk total Ekspor Sultra Oktober 2021 didominasi oleh sektor industri pengolahan sebesar 590,52 juta US Dollar (70,13 persen) dan sisanya sektor pertanian 0,15 juta US Dollar (-50,98 persen).
Dilihat dari kontribusinya terhadap ekspor Januari hingga Oktober 2021 ekspor produk industri pengolahan berkontribusi sebesar 99,86 persen dan sisanya 0,14 persen adalah kontribusi dari ekspor produk pertanian.
“Kita tahu VDNI dan OSS sendiri merupakan perusahaan yang melakukan ekspor industri pengolahan nikel dengan total tungku yang beroperasi cukup banyak,” ungkap Samsir saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (7/12/2021).
Faktor yang menjadi pendukng naiknya ekspor Sultra pada Oktober 2021 dibanding September 2021 terutama diikuti oleh naiknya ekspor ke negara tujuan utama yaitu Tiongkok yang naik senilai 272,59Juta US Dollar (89,08 persen). Sedangkan Korea Selatan dan Amerika Serikat naik masing- masing 1,02 juta US Dollar (32,80 persen) dan 0,26 juta US Dollar (14,64 persen).
Sementara pada periode Januari hingga Oktober 2021, Tiongkok tetap merupakan negara tujuan ekspor yang memiliki peranan terbesar dengan nilai 3.314,19 juta US Dollar (93,79 persen), diikuti India dengan nilai 174,08 juta US Dollar (4,93 persen), dan Amerika Serikat 17,02 juta US Dollar (0,48 persen). Komoditas utama yang diekspor ke Tiongkok pada periode tersebut adalah besi/baja.
Kemudian, data internal perusahaan mencatat hingga kuartal 3 tahun 2021, VDNI mencatat ekspor Nickel Pig Iron (NPI) mencapai 618.117 metric ton (MT) yang bernilai 1,21 miliar US Dollar atau Rp17 triliun. Sementara OSS mencatat ekspor NPI dan stainless steel sebesar 880.643 MT yang bernilai 1,73 miliar US Dollar atau setara Rp24,5 triliun.
Tak hanya itu, laporan perekonomian Bank Indonesia (BI) Pada triwulan II 2021, perekonomian Sultra melanjutkan tren positif seiring dengan peningkatan aktivitas masyarakat dan dunia usaha. Dari sisi permintaan, perbaikan perekonomian Sultra pada triwulan II 2021 terjadi pada seluruh komponen utamanya khususnya peningkatan kinerja ekspor.
Akselerasi ekspor tersebut didorong oleh kenaikan ekspor industri olahan nikel untuk memenuhi permintaan mitra dagang dari Tiongkok. Sementara itu dari sisi penawaran, perbaikan laju pertumbuhan terjadi di seluruh lapangan usaha utama khususnya lapangan usaha industri pengolahan yang didorong oleh peningkatan produksi seperti disampaikan sebelumnya, serta lapangan usaha perdagangan seiring peningkatan aktivitas serta perbaikan daya beli masyarakat di tengah terjaganya persepsi positif dan pola siklikal pada masa Ramadhan dan Idul Fitri.
Pada periode laporan, perekonomian Sulawesi Tenggara Sultra tumbuh sebesar 4,21 persen year on year (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I 2021 yang tumbuh sebesar 0,06 persen (yoy).
“Dari data tersebut tentunya memang sangat besar peran dari kedua perusahaan ini terhadap ekonomi makro di Sultra,” imbuh Kepala Labolatorium Ekonomi itu.
Kendati demikian, Syamsir Nur menegaskan bahwa kehadiran VDNI dan OSS di Sultra juga memberikan dampak untuk perekonomian masyarakat sekitar salah satunya peredaran uang pada pedagang makanan dan kebutuhan dasar pekerja sekitar perusahaan serta kebutuhan tempat tinggal (kos-kosan) meningkat signifikan.
Dengan kondisi tersebut, Dosen Ilmu Ekonomi dan Sudi Pembangunan (IESP) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UHO ini mengharapkan pemerintah daerah setempat dapat memanfaatkannya untuk mencari sumber pendapatan bagi daerah melalui geliat ekonomi yang saat ini tengah tumbuh di Kawasan Industri Morosi, Konawe.
“Harus butuh inovatif dari Pemda setempat, karena tidak bisa mereka langsung ke pihak perusahaanya. Karena berdasarkan regulasi di UU Cipta Kerja pajak untuk perusahaan yang masuk kawasan strategi nasional sudah tidak bisa dikelola oleh pemda kecuali pusat. dan akan dikembalikan melalui Dana Bagi Hasil (DBH),” jelas Syamsir. (*)