Puluhan Ton Jambu Mete Asal Buton Utara Diekspor ke Vietnam

Acara pelepasan ekspor biji mete di Pelabuhan Kendari New Port. Foto: Didul Interisti/kendarinesia.

Sebanyak 48 ton biji mete diekspor ke Vietnam difasilitasi Kementerian Pertanian melalui Karantina Pertanian Kendari di Pelabuhan New Port Kendari, pada Jumat (15/1). Biji mete atau Anacardium Occidentale yang diekspor ini bernilai sekitar Rp 939 juta berasal dari Kabupaten Buton Utara.

“Ekspor kali ini terlaksana atas kerjasama Pemda Buton Utara dan pengusahanya. Kami selaku otoritas karantina memfasilitasi ekspor dengan memastikan biji mete telah memenuhi persyaratan teknis,” kata N. Prayatno Ginting, Kepala Karantina Pertanian Kendari, sesaat setelah melakukan penyerahan sertifikat karantina atau Phytosanitary Certificate (PC) di Kendari.

Bacaan Lainnya

Untuk data lalu lintas ekspor biji mete di Sulawesi Tenggara, Prayatno menyebutkan ekspor biji mete di wilayah kerjanya tercatat rutin dikirim ke negara India dan Vietnam dalam dua tahun terakhir.

Pada tahun 2020, volume ekspor biji mete mencapai 103,7 ton dengan nilai perdagangan mencapai Rp 15,5 miliar.

“Angka ekspor biji mete Sultra sebesar 0,6% dari total perdagangan domestik biji mete Sultra,” kata Prayatno.

Prayatno merinci, pihaknya mencatat volume biji mete yang dilalulintaskan ke Makassar maupun ke Surabaya pada tahun 2020 mencapai 15,6 ribu ton dengan total nilai Rp 80,13 miliar. Selain Kabupaten Buton Utara, terdapat kabupaten lainnya di Sultra yang memiliki potensi ekspor biji mete.

“Penghasil mete di Sultra hampir seluruh kabupaten, khususnya jazirah Muna dan Buton, harapannya juga bisa diekspor. Dengan gerakan tiga kali ekspor pertanian yang digagas Menteri Pertanian (Syahrul Yasin Limpo-red) kami siap untuk memfasilitasi petani biji mete untuk menangkap pasar ekspor yang lebih besar lagi,” jelasnya.

Di Sulawesi Tenggara, hasil pertanian yang menjadi komoditas ekspor selain biji mete, yakni kopra, kakao, beras, cengkeh, jagung, lada, kemiri dan sarang burung walet.

Gubernur Sultra, Ali Mazi yang hadir dan turut menyaksikan pelepasan perdana biji mete pada awal tahun 2021 ini memberikan dukungan dan mendorong penuh terhadap upaya peningkatkan ekspor.

Sementara itu Kepala Pusat Kepatuhan, Kerjasama dan Informasi Perkarantinaan, Junaidi yang hadir mewakili Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) menyebutkan bahwa peluang dan potensi ekspor komoditas asal sub-sektor perkebunan ini sangat besar.

Dari data pada sistem perkarantinaan, IQFAST Barantan secara nasional tercatat adanya peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2020 tercatat 288,3 ribu ton atau meningkat lebih dari dua kali lipat dibanding tahun 2019 yang hanya 141,7 ribu ton saja.

“Biji mete asal Indonesia pun telah menjadi langganan di enam negara tujuan, yakni Vietnam, India, Srilanka, Kamboja, Jerman, Republik Czech,” terang Junaidi.

Sebagai informasi, Gratieks adalah program upaya peningkatan ekspor pertanian. Melalui gerakan ini Kementan bersama-sama dengan berbagai entittas menargetkan nilai ekspor meningkat tiga kali lipat hingga tahun 2024.

“Ini tidak boleh berhenti, harus berjalan terus, gali terus potensi ekspor komoditas pertanian Indonesia agar produk pertanian kita lebih luas lagi jangkauannya di pasar internasional,” pungkas Junaidi.

Laporan: Didul


Pos terkait