Pekerja Lokal Rasakan Dampak Transfer Ilmu dan Skil dari TKA China

Ruli Darmadi, pekerja di PT VDNI, Konawe. Foto: Istimewa.

156 Tenaga Kerja Asing (TKA) China telah tiba di Sulawesi Tenggara (Sultra) pada Selasa (23/6) lalu. Gelombang pertama kedatangan yang ditargetkan sebanyak 500 TKA ini, tengah menjalani masa karantina selama 14 hari sebagai upaya menjalankan protokol kesehatan pencegahan COVID-19 di Indonesia.

Kehadiran para TKA di kawasan industri di Morosi ini tidak bisa dilepaskan dari transfer teknologi dan transfer ilmu seperti yang disyaratkan oleh pemerintah. Hal ini pun diakui oleh karyawan PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) yang kemampuannya terus bertambah sejak bekerja di perusahaan tersebut.

Bacaan Lainnya

“Waktu enam bulan bekerja di VDNI, perusahaan membuat program mengirim karyawan ke China untuk belajar bahasa mandarin, teknik smelter dan lainnya. Kita ke sana belajar sekitar satu tahun,” kata Sukal Septi Sari, Translator Penanggung Jawab Teknik dan Lapangan pada Minggu (28/6).

Septi yang sudah bekerja di VDNI selama lebih dari dua tahun ini telah merasakan sendiri manfaat dari diberlakukannya sistem transfer teknologi atau transfer ilmu yang diterapkan perusahaan. “Kemampuan mandarin saya bertambah. Pengetahuan mengenai dunia smelter juga bertambah,” terangnya.

Tak jauh berbeda dengan Septi, Ruli Darmadi pula turut merasakan dampak positifnya. Pria yang diamanahkan menjadi Koordinator Smelter 1, 2 dan 3 di PT VDNI ini merupakan warga asli Morosi yang bekerja sejak tahun 2016 dan saat ini bertugas untuk mengawasi kelancaran produksi, mulai dari karyawan hingga alat-alat yang digunakan.

“Kami di sini bekerja dengan TKA asal China, yang otomatis kedisiplinannya sangat tinggi. Lalu yang tadinya kami tidak tahu apa itu pabrik nikel, sekarang karyawan Indonesia sudah mulai bisa. Walaupun kami belum menguasai 100 persen, tapi kami diajarkan dan dituntut untuk terus belajar,” terangnya.

Menurutnya, perbandingan pekerja asing dan Indonesia saat ini dengan dulu sudah jauh menurun. Pada masa awal pembangunan pabrik, perbandingan TKA asal China dengan Indonesia dikatakannya hampir merata.

“Tapi saat ini alhamdulillah karena sudah banyak karyawan Indonesia yang belajar sistem produksinya, mungkin sekarang tinggal 20 persen TKA dan 80 persen pekerja lokal. Karena ada alat-alat yang kami juga belum bisa tangani, jadi kami masih butuh teknisi-teknisi untuk membantu dan mengajarkan,” ujar Ruli.

Ia mengungkapkan kehadiran VDNI bukan hanya memberikan dampak positif untuk 3 kecamatan yang ada di Kabupaten Konawe saja, namun hingga ke wilayah Konawe Selatan, hingga Provinsi Sulawesi Tenggara secara umum. Bertambahnya angka penyerapan tenaga kerja, jumlah tenaga kerja, dan pengurangan jumlah pengangguran adalah manfaat nyata yang dirasakan oleh kedua karyawan putra-putri daerah.

Seperti diketahui, sebanyak 156 TKA China yang tiba di Indonesia adalah rombongan tahap pertama dari jumlah 500 TKA yang akan bekerja di PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) dan PT Obsidian Stainless Steel (OSS). Mereka tiba melalui Bandara Halu Oleo, Sulawesi Tenggara dan langsung mengikuti prosedur kesehatan ketat yang sudah ditetapkan oleh pemerintah dan kini sedang menjalani masa karantina selama 14 hari hingga dipastikan sehat dan bisa mulai bekerja.

***

Attamimi


Pos terkait