Bantuan ternak sapi potong jenis Ongole yang diberikan Pemerintah Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra) melalui Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Konawe untuk masyarakat di Kelurahan Inolobu, Kecamatan Wawotobi, ditengarai tidak jelas sasaran alias siluman.
Dugaan sapi fiktif tahun anggaran 2019 tersebut mencuat setelah adanya penyelidikan yang dilakukan oleh pihak kepolisian dari Polsek Wawotobi, Kabupaten Konawe, untuk mencari tahu adanya laporan warga tentang sapi bantuan berjenis Ongole yang tidak tepat sasaran.
“Saya kaget, tiba-tiba didatangi petugas kepolisian Polsek Wawotobi mempertanyakan dua kelompok tani ternak yang mendapat bantuan sapi di Inolobu. Setahu saya hanya satu. Kalau ada kelompok lain berarti siluman,” ujar Lurah Inolobu, Tabrin.
Kepada kendarinesiaTabrin menjelaskan, awalnya memang ada dua kelompok tani yang akan menerima bantuan ternak sapi dari Dinas Peternakan Konawe, yaitu Kelompok Tani Lalodaria 1 dan Inolobu Jaya, namun belakangan Tabrin membekukan kelompok tani Inolobu Jaya. Penyebabnya nama-nama yang ada di dalam kelompok tani itu berisi nama-nama satu keluarga.
“Sejak saya jadi Lurah 2013 di Inolobu saya sudah bekukan ini kelompok, karena kelompok ini menurut saya bukan kelompok. Nama-nama kelompoknya itu bukan orang lain semua keluarganya, anaknya, istrinya, itu kelompok keluarga bukan kelompok tani, makanya saya bekukan,” jelas Tabrin, kepada kendarinesia.
Karena Kelompok Tani Inolobu Jaya sudah ia bekukan sehingga dibetuklah satu lagi kelompok tani Lalodaria 2 sebagai syarat untuk menerima bantuan sapi ternak tersebut. Namun ternyata, tanpa sepengetahuan Tabrin, sekretarisnya malah tetap merekomendasikan Kelompok Tani Inolobu Jaya yang sudah ia bekukan sebelumnya sebagai penerima sapi ternak bantuan dari Dinas Peternakan Konawe.
Guna memastikan sapi bantuan tersebut tepat sasaran Tabrin memerintahkan sekretarisnya untuk mengecek kebenaran bantuan sapi yang diterima oleh Kelompok Tani Inolobu Jaya. Namun sekretarisnya malah menyuruh agar ia (Tabrin) mengecek sendiri sapi bantuan tersebut.
“Saya utus saya punya seklur untuk mengecek karena biar bagaimana dia yang harus bertanggung jawab, karena dia yang memberikan rekomendasi, bahkan tandatangan berita acara penyerahan. Tapi dianya banyak alasan, bahkan dia suruh saya pergi cek sendiri,” bebernya.
Untuk lebih memastikan bantuan ternak sapi ke kelompok tani yang belakangan diketahui diketuai oleh SR, Tabrin mencoba mendatangi Kantor Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Konawe. Ia pun dipertemukan dengan Kepala Bidang Perbibitan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, I Made Suderta.
Di hadapan Made, Tabrin meminta agar ia ditunjukkan proposal yang diajukan salah satu kelompok tani yang diduga siluman itu. Namun rupanya Made Suderta beralasan jika berkas yang dimintanya tidak ditemukan.
“Saya curiga ada permainan. Karna waktu saya minta diperlihatkan proposal pak Kabid kelihatan gelisah dan hanya keluar masuk dalam ruangan. Karena saya tidak dipersilahkan masuk dalam dan hanya diterima di luar ruangan dalam keadaan berdiri,” beber Tabrin.
Sementara itu, Kabid Perbibitan, I Made Suderta saat ditemui wartawan mengatakan jika proses penyaluran bantuan ternak sapi yang di laksanakan pada Desember 2019 di Kelurahan Inolubu, telah sesuai dan prosedur yang ada.
Bahkan menurutnya, seluruh kelompok tani penerima bantuan ternak sapi terus dilakukan evaluasi dan pengawasan guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Meksi demikian, dia mengakui bahwa terhadap salah satu kelompok tani di Kelurahan Inolobu yang mendapat bantuan ternak sapi inisial SR selaku ketua kelompoknya belum dilakukan pemeriksaan perkembangan ternaknya di lapangan.
Made beralasan sudah berusaha menghubungi SR melalui sambungan telepon guna memastikan perkembangan hewan ternak tersebut namun tak pernah ada jawaban.
“Saya masih hubungi terus ini ketua kelompoknya, tapi belum tersambung. Biasa tidak aktif, kalau teleponnya aktif dia tidak angkat. Kami juga bingung ada apa dan kenapa,” beber Made.